CATATAN HARIAN SEORANG SULTAN
Iman Budhi Santosa
Sekian purnama kelelawar-kelelawar menyerbu
ke dalam semadiku. Melati kenanga bersengketa
asap dupa tak berbau, keris tombak berdiri
berontak dari genggaman para abdi
Kemudian remang ada pada tiang, mahkota lusuh
membisu di sudut ruang. "Siapakah engkau
jika istana tinggal bayang-bayang
lalat nyamuk menari di pagelaran
burung-burung gereja bersarang di bubungan?"
sesekali aku berdiri mencari puncak Merapi
sebelum gerbang terkunci. Sesekali meniti buih
laut selatan, menapaki pasir karang
sambil mengaca, "Aku bukan raja.."
Sebab, tikus mulai ada di kamar pusaka
burung malam seperti mengecam
kota dan tembok benteng yang berseberangan
Sekian musim bercermin pada rumput
pada taman yang berlumut, sisa keraton
tinggal bangunan tua dan rindang pohon.
"Jangan panggil aku Gusti..."
Tapi mereka nekat ngapurancang di depan cepuri
menunduk pada huruf-huruf Jawa yang tak terbaca
oleh lidah yang lama mengembara
1997
ke dalam semadiku. Melati kenanga bersengketa
asap dupa tak berbau, keris tombak berdiri
berontak dari genggaman para abdi
Kemudian remang ada pada tiang, mahkota lusuh
membisu di sudut ruang. "Siapakah engkau
jika istana tinggal bayang-bayang
lalat nyamuk menari di pagelaran
burung-burung gereja bersarang di bubungan?"
sesekali aku berdiri mencari puncak Merapi
sebelum gerbang terkunci. Sesekali meniti buih
laut selatan, menapaki pasir karang
sambil mengaca, "Aku bukan raja.."
Sebab, tikus mulai ada di kamar pusaka
burung malam seperti mengecam
kota dan tembok benteng yang berseberangan
Sekian musim bercermin pada rumput
pada taman yang berlumut, sisa keraton
tinggal bangunan tua dan rindang pohon.
"Jangan panggil aku Gusti..."
Tapi mereka nekat ngapurancang di depan cepuri
menunduk pada huruf-huruf Jawa yang tak terbaca
oleh lidah yang lama mengembara
1997